Menu

Kamis, 21 Juli 2016

Tragedi Festival Musik Sepanjang Sejarah
Azmi Ifana Afif Son

Tragedi Festival Musik Sepanjang Sejarah


Tragedi Festival Musik - Kericuhan ternyata tidak hanya bisa terjadi di pertandingan sepakbola. Hal yang sama juga sering terjadi di sebuah gelaran konser. Bahkan kericuhan yang ditimbulkan tak kalah besar.
Hal tersebut memang rentan terjadi bila ribuan atau puluhan ribu massa berkumpul di satu tempat. Banyak faktor pemicu terjadinya kerusuhan. Lalu, kerusuhan seperti apa yang pernah terjadi di konser musik? Simak ulasan kericuhan terbesar dalam festival musik dibawah ini.

1. Altamont Speedway Free Festival
Altamont Speedway Free adalah festival yang sangat populer dan legendaris. Digelar di California Utara pada 1969, konser ini diprakasai langsung oleh The Rolling Stones.
Walau menampilkan bintang sekelas Santana, Nash & Young dan lain-lain, konser ini tidak memungut biaya untuk penontonnya, alias gratis. Sayangnya, insiden mengerikan justru terjadi di festival yang dihadiri 300 ribu penonton tersebut.
Salah seorang sekuriti (Hells Angels) yang bernama Alan Passaro tewas ditikam pisau. Ironisnya, pelaku penikaman baru berusia 18 tahun, Meredith Hunter.
Tak hanya itu, beberapa nyawa juga melayang terkait acara ini. Dua orang meninggal karena kecelakaan tabrak lari dan satu lainnya meregang nyawa karena kasus lain.

2. Monster of Rock (1988)
Monster of Rock edisi tahun 1988 adalah festival yang sangat dinantikan oleh penggemar musik di Inggris. Konser ini merupakan perayaan sepak terjang musik rock di dunia. Sayangnya perayaan ini justru berujung maut.
Dihadiri 10 ribu fans, Guns N Roses menjadi band yang paling ditunggu saat itu. Sayang, kondisi venue tak bersahabat. Cuaca buruk membuat tanah berlumpur. Dua fans ditemukan tewas setelah terjebak lumpur dan terinjak penonton lainnya tepat saat Axl Rose dan kawan-kawan unjuk gigi di atas panggung.
Peristiwa menyedihkan itu membuat promotor berpikir dua kali untuk mengulang festival yang sama di tahun berikutnya. Alhasil konser episode berikutnya terpaksa dibatalkan.

3. Woodstock (1999)
Woodstock adalah salah satu festival multi band paling terkenal di muka bumi. Festival ini dikenal dengan pesan cinta dan damai yang dibawakannya. Namun lagi-lagi manusia hanya bisa berencana, takdir sering berkata lain.
Tahun 1999 lalu, sejumlah band papan atas seperti Korn, Limb Bizkit hingga Rage Againts The Machine mengisi line up Woodstock. Band-band tersebut seolah menjadi magnet kuat bagi pecinta musik rock.
Sayangnya pesan cinta dan damai yang menjadi konsep awal Woodstock sama sekali tidak terlihat. Woodstock 1999 lebih identik dengan kekerasan, kebakaran hingga pelecehan seksual.

4. Pearl Jam – Roskilde (2000)
30 Juni 200 adalah hari yang sulit dilupakan oleh para personel Pearl Jam. Band yang dikenal sangat mencintai fansnya ini harus berduka setelah konser mereka di Rosklilde, Denmark meminta 9 nyawa sekaligus.
Penonton benar-benar tak terkendali begitu pearl Jam menguasai panggung. Sebagian nyawa melayang diakibatkan oleh desakan dan injakan dari penonton lain.
Pearl Jam sempat meminta penonton tenang, namun semuanya sudah terlambat. Eddie Vedder dan kawan-kawan pun terpaksa menghentikan konser mereka.
Sebuah lagu pun diciptakan Pearl Jam khusus untuk mengenang peristiwa memilukan ini, Love Boat Captain. “Lost nine friends we’ll never know…. two years ago today,” bunyi lirik lagu tersebut.

5. Glastonbury (2005)
Yakinlah, semua penggemar musik pasti memiliki keinginan untuk bisa hadir di Festival Glastonbury. Festival tahunan Inggris ini memang selalu menjanjikan aksi spektakuler dengan band-band besar maupun potensial tiap tahunnya.
Hanya saja, tak selamanya festival ini berakhir dengan cerita manis. Setidaknya itu terjadi pada tahun 2005 silam. 600 Tenda portable ambruk diterpa cuaca buruk. Hujan tak berhenti sepanjang hari membuat venue lebih mirip lapangan sepakbola yang tak terawat.
Banyak yang menduga venue sudah tak steril. Banyak bakteri berkeliaran, sementara itu petir seolah tak bosan menyambar panggung.

6. Love Parade (2010)
Love Parade adalah festival tecno dan dance favorit penggemar musik di Jerman dan Eropa. Festival ini terus berkembang pesat tiap tahunnnya sehingga Berlin menolak untuk dijadikan tuan rumah. Tahun 2010, festival ini akhirnya dipindahkan ke kota yang lebih kecil.
Keputusan ini ternyata justru mengundang maut. Venue memang mampu menampung hingga 250 ribu penonton. Namun masalahnya justru ada di akses masuk venue.
Akses masuk berupa terowongan membuat penonton dalam jumlah yang sangat besar harus berdesak-desakan untuk masuk. 21 Orang tewas dan lebih dari 500 lainnya terluka karena berdesak-desakan dan terinjak-injak.
Penyelenggara pun berpikir dua kali untuk membesut acara serupa. Love Parade akhirnya ditiadakan hingga saat ini.

7. Indiana State Fair (2011)
Selain ulah penonton liar, cuaca adalah salah satu penyebab utama musibah dalam konser. Contohnya adalah bagaimana angin memporakporandakan Indiana State Fair, 13 Agustus 2011 lalu.
Para penonton sebenarnya sudah mendapatkan peringatan dari pihak keamanan tentang cuaca buruk. Namun konser dengan bintang tamu utama band country, Sugarland ini tetap dilangsungkan.
Akhirnya apa yang diprediksi pihak keamanan benar-benar terjadi. Angin berhembus terlalu kencang hingga membuat panggung tak mampu berdiri kokoh lagi. Panggung roboh, lima penonton meninggal, puluhan lainnya luka-luka. Janet Jackson dan Lady Antebellum yang dijadwalkan tampil pun memilih mundur.

8. Pukkelpop (2011)
Hanya 5 hari setelah insiden Indiana State Fair, peristiwa serupa terulang lagi di Pukklepop Festival, Belgia. Sama persis, angin besar adalah penyebab robohnya panggung. Lima orang meninggal, 70 lainnya luka-luka. Beberapa musisi yang harusnya tampil seperti Eminem dan Odd Future pun terpaksa membatalkan penampilannya.

9. The Who (1979)
Musibah ini sangat memilukan sekaligus membingungkan. 11 penonton tewas dan 26 lainnya cidera sebelum konser The Who di Riverfront Coliseum, Cincinnati, 3 Desember 1979 digelar. Anehnya, The Who baru tahu kabar tersebut justru setelah menggelar konsernya.
Ada dua versi penyebab musibah ini. Salah satu versi menyebutkan bahwa para penonton saling berebut untuk menduduki kursi dengan posisi terbaik. Versi lain mengatakan bahwa para penonton di luar venue memaksa masuk karena mengira mereka mengira The Who sedang melakukan checksound. Parahnya panitia belum siap dan sebagian pintu masuk belum dibuka.
Penyelenggara baru menginformasikan musibah ini pada personel The Who setelah konser dengan alasan tersendiri. Mereka khawatir The Who enggan melanjutkan konser yang ditakutkan malah berpotensi menyebabkan kerusuhan lebih besar.

10. Damageplan (2004)
Tak selamanya musibah dalam konser disebabkan penonton membeludak atau cuaca buruk. Konser Damageplan justru lebih mengerikan lagi walau tidak ada kedua unsur tersebut.
Konser ini digelar di Alrosa Villa, Columbus pada 8 Desember 2004 silam. Gitaris Damageplan yang juga merupakan mantan personel Pantera, Dimebag Darrell tiba-tiba dihujani beberapa tembakan di kepala saat manggung oleh pria bernama Nathan Gale.
Hingga saat ini, motif pembunuhan masih menjadi misteri. Salah satu versi menyebutkan bahwa Nathan nekat melakukannya akibat kekecewaan atas pecahnya Pantera, band yang sangat ia idolakan. Nathan sendiri dikabarkan juga mengalami masalah kejiwaan dan terpengaruh obat terlarang.
Note:
Jadilah Penonton yang bijak agar kita bisa menikmati musik yang dimainkan musisi idola kita di atas panggung.
Continue reading →

Sabtu, 09 Juli 2016

Perbedaan Headset, Headphone, Earphone dan Handsfree
Azmi Ifana Afif Son

Perbedaan Headset, Headphone, Earphone dan Handsfree

Perbedaan Headset, Headphone, Earphone, HandsfreeHeadset, Headphone, Earphone dan Handsfree memang sudah tak asing bagi telinga kebanyakan orang. Perangkat tersebut sudah terlalu familiar dikarenakan kita sendiri sering memakainya dan seringkali ditafsirkan sebagai perangkat yang sama baik bentuk maupun fungsinya. Pernahkan berfikir tentang perbedaan diantara perangkat-perangkat tersebut?, atau berfikir perangkat yang sering kita pakai tersebut termasuk tipe yang mana.

Sedikit penjelasan mengenai perangkat-perangkat tersebut, cekidot :


Perbedaan Headset, Headphone, Earphone, Handsfree

  • Headset

Read more »
Continue reading →

Minggu, 26 Juni 2016

13 Hal yang Anda Tidak Ketahui tentang Bonjovi
Azmi Ifana Afif Son

13 Hal yang Anda Tidak Ketahui tentang Bonjovi


Meski telah sukses secara global dengan menjual kopi album lebih dari 100 juta. Fakta seputar Bon Jovi tetap menarik untuk diketahui. Seperti yang dikutip metrotvnews.com dari Ultimate Classic Rock, setidaknya ada 13 fakta tentang Bon Jovi yang jarang diketahui publik.

1. Jon Bon Jovi mengasah bakat musiknya saat bekerja di sebuah studio di kota New York. Nama studio itu Power Station Studio, yang dimiliki sepupu Jon, Tony Bongiovi. Pengalaman pertama Jon dalam rekaman profesional adalah merekam lagu We Wish You a Merry Christmas yang dirilis dalam album natal.

2. Lagu pertama Bon Jovi yang tenar, Runaway, direkam dengan para personel band yang kerap dipanggil All Star Review, terdiri dari para musisi yang suka nongkrong di studio tempat Jon Bon Jovi bekerja, yaitu Frankie LaRocka (Scandal), Hugh McDonald dan Roy Bittan (E Street Band).

3. Awalnya, band Bon Jovi bernama Johnny Electric, sampai pada suatu saat kawan mereka menyarankan memberi nama sesuai dengan sang pemimpin, seperti band Van Halen.

4. Album ke-dua Bon Jovi, 7800 Fahrenheit terinspirasi dari novel Ray Bradbury yang berjudul Fahrenheit 451. 7800 Fahrenheit adalah titik lumer batu saat terkena panas.

5. Hampir saja Bon Jovi memberikan lagu fenomenalnya You Give Love a Bad Name kepada rocker Kanada, Loverboy.

6. Album ke-empat Bon Jovi, New Jersey, yang rilis pada 1988 dan dinamai sesuai kampung halaman mereka, adalah album yang rilis pertama dalam masa Glasnost Rusia.

7. In These Arms dari album tahun 1992, Keep the Faith, ditulis oleh Jon Bon Jovi, Richie Sambora dan keyboardist David Bryan yang sangat menyukai lagu ini. Kemudian lagu ini direkam ulang sebanyak dua kali. Pertama dalam format instrumental untuk album solo David Bryan, On a Full Moon, yang rilis tahun 1995. Kedua dalam format band dengan Bryan sebagai vokalis dalam album solo selanjutnya, Lunar Eclipse, yang rilis pada tahun 2000.

8. Jon Bon Jovi sempat menjajal akting, Richie Sambora memiliki proyek solo, David Bryan kerap tampil dalam pentas musikal Broadway. Sementara itu, sang drummer Tico Torres memiliki aktivitas di luar musik sebagai pelukis. Karya Tico Torres bahkan sering dipamerkan dan beberapa di antaranya laku terjual.

9. Mantan bassist Bon Jovi, Alec John, keluar pada tahun 1994. Dia lantas hidup sederhana dengan membagi waktu bekerja di showroom motor miliknya di kota New York dan menjadi manajer band.

10. Pasca keluarnya Alec John, Bon Jovi kembali dengan materi yang lebih dewasa, yaitu dalam album These Days di tahun 1995 yang diproduseri oleh produser veteran asal Inggris, Peter Collins, yang sebelumnya dikenal sebagai produser Rush, Queensryche dan Dream Theater.

11. Orang Amerika Serikat mengetahui album paling sukses Bon Jovi adalah Slippery When Wet dan New Jersey. Berbeda dengan apa yang terjadi di Australia, Eropa dan Jepang, karena di sana album paling sukses adalah Crush.

12. Jon Bon Jovi sempat memiliki klub American Football, Philadelphia Soul, sebelum akhirnya dijual.

13. Richie Sambora pernah menyamar di Chelsea Market, New York, untuk sebuah amal. Dia bermain gitar di pinggir jalan.
Continue reading →

Kamis, 23 Juni 2016

Sekilas Biografi Eross SO7
Azmi Ifana Afif Son

Sekilas Biografi Eross SO7


Eross Candra biasa disapa Eross adalah seorang penulis lagu dan musisi. Pria yang lahir pada tanggal 3 Juli 1979 di Yogyakarta, Indonesia ini terkenal sebagai gitaris dari band Sheila On 7. Eross besar di keluarga pecinta musik, dan sejak SD, Eross telah mengenal dunia musik karena sering mendampingi ibunya yang latihan band di studio musik di rumahnya. Eross sangat tertarik dengan alat musik gitar dan mempelajarinya. Kelas 1 SMA menjadi saat yang bersejarah bagi Eross. Eross diajak bergabung dengan Dizzy band, bersama dengan Icha dan Adhit Jikustik. Pada tahun yang sama, Eross berkenalan dengan Sakti dan Anton dari saudaranya, Oscar. Dari Sakti, Eross kenal dengan Adam, lalu Duta. Dan akhirnya terbentuklah Sheila On 7 atau yang sering disingkat SO7 pada tanggal 6 Mei 1996.

Sebenarnya tak ada yang terlalu istimewa dari permainan gitar Eross. Gitaris yang satu ini bisa dibilang lebih menonjol skill mencipta lagunya ketimbang permainan solo gitarnya. Namun kalau bicara soal skill membuat lagu, tidak perlu diragukan lagi. Karya-karyanya selalu laku keras. Terbukti dengan sejak awal kiprahnya di kancah musik Indonesia Sheila On 7 telah menorehkan banyak sekali prestasi, diantaranya menjadi satu-satunya band Indonesia yang mampu menjual album fisik sebanyak lebih dari satu juta copy dalam satu tahun. Eross merupakan salah satu gitaris yang “concern” dan konsisten terhadap gitar dan sound yg dihasilkannya. Sejak album pertamanya yang bertajuk “Sheila on 7” dirilis, suara gitar Eross yg cenderung bright dan overdrive mewarnai musik Indonesia. Dalam setiap aksi nya, overdrive sound selalu menjadi pilihan utamanya.

Dengan personil Sheila on 7 saat ini Akhdiyat Duta Modjo (vokal), Eross Candra (gitar), Adam Muhammad Subarkah (bass), Brian Kresna Putro (drum), mereka telah berhasil merilis beberapa album dengan tajuk  Sheila on 7 (1999), Kisah Klasik Untuk Masa Depan (2000), 07 Des (2002), OST 30 Hari Mencari Cinta (2003), Pejantan Tangguh (2004), Jalan Terus (2005), 507 (2006), Menentukan Arah (2008), Berlayar (2011). Itulah sekilas biografi Eross Candra tentang perjalanan karirnya bersama SO7

Berikut Video Eross dengan Sheila On 7, ini video pilihan saya karena sound gitarnya sangat bagus saya rasa,,,hehehe...



Continue reading →